Jiwa dan raga kami mendarah, namun tetap kadangkala isi kepala dan pinta hati kami enggan selaras, saling berbenturan minta dimenangkan. Akhirnya bersepakat, kami memusarakan seluruh keegoisan yang seringkali sukar diredam. Mengarah pada jalan tengah yang kami harap berujung cerah.

Pada langit yang menjadi tempat menyatu seluruh peraduan doa kami masing-masing, mudah-mudahan apapun bentuk pengembalian yang hadir, penerimaan menjadi suatu hal yang paling diupayakan.
Kita, terikat tanpa jeda dan waktu. Sampai nanti batu nisan dan aroma tanah yang menjadi alasan kita menangis sendu. Berada di liang satu dan kau disampingku.